Hukum Makan Daging Sembelihan Orang Syiah

Soal:
Penanya dan jamaah yang bersamanya tinggal di perbatasan Utara, berdekatan dengan markas-markas kelompok orang-orang Iraq. Di sana, ada jamaah yang bermadzhab ja’fariyah. Sebagian dari mereka menolak makan  daging hewan sembelihan orang-orang tersebut, sedangkan sebagian lagi mau memakannya. Pertanyaan kami boleh (halal) memakan daging tersebut, perlu diketahui bahwa mereka suka berdoa kepada Ali, Hasan, Husain, dan seluruh pemimpin mereka, dalam keadaan susah dan senang?

Jawab:
Bila persoalannya benar seperti yang diungkapkan oleh penanya, bahwa komunitas yang di sekitarnya adalah orang-orang yang beraliran ja’fariyah yang suka berdoa kepada Ali, Hasan, Husain dan pemuka-pemuka mereka, maka orang-orang tersebut telah musyrik dan murtad dari Islam – kita berlindung kepada Allah.

Memakan daging hewan yang disembelih mereka tidak halal karena itu adalah bangkai, walaupun mereka menyebut nama Allah dalam penyembelihannya. Semoga Allah memberikan taufik serta melimpahkan shalawan dan keselamatan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Komisi Tetap untuk Riset dan Ilmiah dan Fatwa:
Ketua: Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Wakil Ketua: Abdurrazaq Afifi
Anggota:
(1) Abdullah bin Qu’ud
(2) Abdullah bin Ghadyan
(Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah lil Buhuts wal ifta’, II : 372)


Soal:
Saya berasal dari suku kecil yang tinggal di perbatasan utara. Suku kami hidup bercampur dengan suku-suku dari Iraq. Madzhab mereka adalah Syiah watsaniyah (penyembah berhala). Mereka beribadah kepada kubah-kubah yang mereka namakan Hasan, Husain, dan Ali. Bila salah seorang dari mereka beribadah, ia berkata, “Wahai Ali, wahai Husain”.


 Sebagian orang dari suku kami telah hidup berbaur dengan mereka melalui pernikahan dan dalam segala hal. Saya telah menasehati mereka, namun mereka tidak mengindahkannya. Mereka berada dalam kehidupan yang mapan dan memiliki kedudukan, sedangkan saya tidak memiliki ilmu yang cukup untuk menesehati mereka. Akan tetapi, saya membenci hal itu dan memilih tidak berbaur dengan mereka.

 Saya mendengar bahwa daging heewan sembelihan mereka tidak boleh dimakan, namun orang-orang dari suku saya tersebut malah memakannya. Mereka tidak menjaga diri. Saya memohon kepada dewan terhormat untuk memberikan penjelasan yang pasti tentang apa yang telah saya sebutkan ini.

Jawab:
Jika realitasnya yang anda sebutkan, mereka berdoa kepada Ali, Husain,  Hasan dan yang lainnya, maka mereka telah melakukan kesyirikan besar, yang mengeluarkan pelakunya dari agam Islam. Kita tidak boleh menikahkan mereka dengan anak-anak perempuan kita dan kita pun tidak halal menikahi perempuan-perempuan mereka. Kita tidak boleh memakan daging hewan sembelihan mereka. Allah Ta’ala berfirman :

 وَلَا تَنكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ ۚ وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ ۗ وَلَا تُنكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُوا ۚ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ ۗ أُولَٰئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ ۖ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ ۖ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ [٢:٢٢١]


“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan  ampunan dengan izin-nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. (Al-Baqarah (2) : 221).

Semoga Allah memberikan taufik serta melimpahkan shalawat dan keselamatan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.

Komisi Tetap untuk Riset dan Ilmiah dan Fatwa:
Ketua: Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Wakil Ketua: Abdurrazaq Afifi

Anggota:
(1) Abdullah bin Qu’ud
(2) Abdullah bin Ghadyan

(Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah lil Buhuts wal ifta’, II : 373)

PERBEDAAN PERAYAAN ASYSYURA 10 MUHARROM ANTARA AHLUS SUNNAH DENGAN SYI'AH:

ANTARA BERPUASA-BERIBADAH DENGAN MEMBACOKI DIRI SENDIRI DAN KELUARGA SERTA REKANNYA
*  PESTA DUKA DI HARI ‘ASYURA*
Oleh
Ustadz DR. Ali Musri Semjan Putra
Para pembaca, kali ini kami mengajak untuk menyimpak berbagai keyakinan sesat Syiah tentang pesta duka di bumi Karbala yang mereka peringati setiap tanggal sepuluh Muharram (hari ‘Asyura). Mereka melakukan berbagai bentuk penyiksaan diri dengan benda-benda tajam, seperti rantai besi, pedang, cambuk dan benda tajam lainnya.
Hal itu mereka yakini sebagai bukti cinta (palsu) mereka kepada Ahlul Bait (Keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam), yang diwujudkan dalam bentuk kesedihan dan kedukaan atas terbunuhnya cucu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Husain Radhiyallahu ‘anhuma di tempat tersebut. Silahkan menyimak dan semoga bermanfaat.
*PESTA DUKA DI HARI ‘ASYURA*
Hari ‘Asyura, orang-orang Syiah meyakininya sebagai hari sial yang membawa celaka. Sejak awal bulan Muharram (bahkan selama sebulan penuh) mereka tidak melakukan hal-hal penting di rumah, seperti tidak bepergian, tidak melakukan pernikahan, tidak berhias, tidak memakai pakaian yang bagus, tidak memakan makanan yang enak dan lain-lain. Anak yang lahir di bulan Muharram mereka yakini bernasib sial.
Secara khusus, pada hari ‘Asyura, mereka melakukan ritual yang amat mengerikan dengan menyiksa diri dengan benda-benda keras dan tajam.
Semangat untuk menyakiti dan melukai tubuh sendiri akan kian terlucut dengan rangsangan sya’ir-sya’ir kisah terbunuhnya Husain bin ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu di padang Karbala yang diperdengarkan, karya tokoh-tokoh Syi’ah. Kisah tersebut dibumbui dengan berbagai kebohongan serta cacian terhadap para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum.
Jika para pembaca kurang yakin silakan saksikan apa yang sedang berlangsung di padang Karbala pada hari Asyura. Mereka berdatangan dari berbagai negara, dengan berpakaian serba putih. Sambil bergoyang pelan, mereka melantunkan kata ‘haidar’, ‘haidar’. Selanjutnya, sebilah pedang mereka ayun-ayunkan ke salah satu bagian tubuh secara perlahan, sehingga tubuh mereka bersimbah darah.
Perayaan duka di Karbala ini lebih dikenal di kalangan Syiah dengan sebutan ritual al-Husainiyyah.
[Penisbatan kepada nama Husain Radhiyallahu ‘anhuma]
Penyiksaan diri pada hari ‘Asyura tersebut tidak hanya dilakukan di bumi Karbala saja, tetapi juga dilakukan oleh kelompok Syiah di berbagai tempat lain. Menurut mereka, kegiatan penyiksaan diri pada sepuluh Muharram itu memiliki nilai ibadah yang tinggi, sebagaimana diungkapkan oleh imam-imam mereka.
*UNGKAPAN PARA TOKOH SYIAH TENTANG HUKUM DAN KEUTAMAAN PESTA DUKA DI HARI ‘ASYURA*
Salah seorang dari tokoh Syiah telah menulis buku khusus tentang ritual pada hari ‘Asyura di Karbala dengan judul al-Mâjalis al-Fâkhirah Fi Ma’âtimil ‘Ithrahi ath-Thâhirah[2] atau menurut penulis, kitab tersebut berjudul Manâsik al-Husainiyyah.
Salah seorang tokoh mereka menyebutkan bahwa ritual penyiksaan diri pada hari ‘Asyura di Karbala dimulai pada abad IV Hijriah pada masa dinasti al-Buwaihi. Kemudian berlanjut pada masa dinasti al-Fathimiyah. Acara tersebut sekarang ini diselenggarakan di negara-negara berpenduduk mayoritas orang-orang Syiah. Seperti Irak, Iran, India, Siria, dll.
[Lihat Man Qatalal Husain, hal: 60]
Ad-Dimastâni, ulama Syiah yang lain menegaskan :
“Meratapi kematian Husain dengan berteriak-teriak hukumnya wajib ‘aini (wajib atas setiap pribadi)”
[Lihat Man Qatalal Husain, hal: 56]
Ayatullah al-‘Uzhma syaikh Muhammad Husain an-Nâti berkata :
“Tidak ada masalah tentang hukum bolehnya memukul pipi dan dada dengan tangan sampai merah dan menghitam. Dan lebih ditekankan lagi, memukul pundak dan punggung dengan rantai sampai kulit kemerahan dan gosong. Bahkan lebih ditekankan lagi jika hal itu menyebabkan keluarnya darah. Begitu pula mengeluarkan darah dari kening dan puncak kepala dengan pedang”
[Lihat Man Qatalal Husain, hal: 66]
Setelah kita menyimak berbagai ungkapan tokoh-tokoh Syiah Rofidhoh di atas dapat kita ketahui bahwa apa yang dinisbahkan kepada mereka itu benar. Dan bukanlah sebuah isu yang dibuat-buat..
Bila ungkapan-ungkapan tersebut kita sorot dengan cahaya al-Qur’ân dan petunjuk Sunnah serta keyakinan para ulama Salaf, niscaya akan dijumpai jurang pemisah yang sangat dalam antara keyakinan orang-orang Syiah dengan keyakinan kaum Muslimin.
*SESATNYA PESTA DUKA DI HARI ‘ASYURA*
Kekeliruan dan kesesatan acara pesta duka tidak sulit untuk dilacak. Sebab terdapat banyak pelanggaran terhadap ajaran Islam. Berikut ini, keterangannya:
1. Ibnu Katsîr rahimahullah berkata:
“Setiap muslim akan merasa sedih atas terbunuhnya Husain Radhiyallahu ‘anhuma. Sesungguhnya dia adalah salah seorang dari generasi terkemuka kaum muslimin, juga salah seorang ulama di kalangan para Sahabat, dan anak dari putri kesayangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia adalah seorang ahli ibadah, seorang pemberani dan pemurah. Tentang apa yang dilakukan Syiah (di hari ‘Asyura) seperti bersedih-sedih dan berkeluh-kesah merupakan tindakan tidak pantas. Boleh jadi, itu mereka lakukan adalah karena pura-pura dan riya.
Sesungguhnya ayah Husain (‘Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu ‘anhuma) jauh lebih afdhal (utama) darinya. Beliau juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Akan tetapi, mereka tidak menjadikan hari kematiannya sebagai hari berkabung layaknya hari kematian Husain Radhiyallahu ‘anhuma (yang diperingati). ‘Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu ‘anhu terbunuh pada hari Jum’at saat keluar rumah mau melaksanakan shalat Subuh, pada tanggal tujuh belas Ramadhan, tahun 40 H.
Demikian juga ‘Utsmân Radhiyallahu ‘anhu, beliau lebih mulia dari ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu dalam pandangan Ahlussunnah wal Jama’ah. Beliau dibunuh saat terjadi pengepungan terhadap rumahnya, pada hari tasyriîq di bulan Dzulhijjah, tahun 36 H. Beliau disembelih dari urat nadi ke urat nadi. Tidak pernah ada orang berduka di hari kematiannya.
Demikian pula halnya ‘Umar bin Khaththâb Radhiyallahu ‘anhu. Beliau lebih afdhal dari ‘Utsmân dan ‘Ali Radhiyallahu ‘anhuma. Terbunuh di mihrab saat shalat Subuh saat sedang membaca al-Qur’ân. Namun, tidak ada orang yang menjadikan hari kematiannya sebagai hari berduka.
Dan demikian juga Abu Bakar ash-Shiddîq Radhiyallahu ‘anhu. Beliau lebih afdhal dari ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu. Akan tetapi, tidak pernah hari kematiannya dijadikan sebagai hari berkabung.
(Terakhir),Allah Azza wa Jalla telah memanggil Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, penghulu anak Adam di dunia dan akhirat, sama seperti para nabi sebelumnya.
Namun, tidak ada seorang pun menjadikan hari wafat beliau sebagai hari bela sungkawa, atau melakukan perbuatan orang-orang dari sekte Syiah pada hari kematian Husain. Tidak seorang pun menyebutkan bahwa terjadi sesuatu sebelum atau sesudah hari kematian mereka, seperti apa yang disebutkan Syiah pada hari kematian Husain. Seperti terjadinya gerhana matahari, adanya cahaya merah di langit dan lain-lain”
[al-Bidâyah wan Nihâyah (8/208)]
2. Syaikh Fâdhil ar-Rûmi rahimahullah, seorang ulama Dinasti Utsmaniyah mendudukkan kesalahan Syiah dalam masalah ini :
“Adapun menjadikan tanggal sepuluh Muharram sebagai hari berduka karena terbunuhnya Husain bin Ali Radhiyallahu ‘anhuma yang dilakukan kaum Syiah, hal itu adalah perbuatan orang-orang sesat sewaktu di dunia. Tetapi, mereka mengira telah melakukan sesuatu yang amat baik. Padahal, Allah Azza wa Jalla dan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja tidak pernah memerintahkan untuk menjadikan hari musibah para nabi atau hari kematian mereka sebagai hari berduka. Apalagi terhadap hari kematian orang-orang yang kedudukannya di bawah mereka…
[Majâlisul Abrâr majlis no 37]
Pada kesempatan lain beliau menyatakan:
“Diantara bentuk bid’ah yang dilakukan sebagian manusia pada hari ‘Asyura adalah menjadikan hari tersebut sebagai hari berduka. Mereka meratap dan bersedih serta menyiksa diri pada hari tersebut. Disamping itu, mereka mencaci para Sahabat Rasululullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah meninggal, berdusta atas nama keluarga Nabi Shallallahu ‘aliahi wa sallam, dan melakukan berbagai kemungkaran lainnya yang dilarang dalam al-Qur’ân dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta kesepakatan kaum Muslimin.
Sesungguhnya, Husain Radhiyallahu ‘anhuma telah dimuliakan Allah Azza wa Jalla dengan menjadikannya sebagai orang yang mati syahid pada hari tersebut. Dia dan saudaranya Hasan adalah dua pemuda penghuni Jannah. Sekalipun terbunuhnya dua orang bersaudara tersebut merupakan musibah besar, akan tetapi Allah Azza wa Jalla mensyariatkan bagi kaum muslimin ketika mengalami musibah untuk mengucapkan kalimat istirjâ’ (innâ lillâh wa innâ ilaihi raji’ûn)
[Majâlisul Abrâr majlis no 37].
Kalimat istirjâ’ merupakah salah satu anugerah yang hanya diberikan kepada umat Islam. Sa’id bin Jubair Radhiyallahu ‘anhu berkata:
ﻟَﻢْ ﻳُﻌﻂَ ﺍﻟْﺎﺳْﺘِﺮْﺟَﺎﻉُ ﻟِﺄُﻣَّﺔٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄُﻣَﻢِ ﺇِﻻَّّ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﺄُﻣَّﺔِ، ﻭَﻟَﻮْ ﺃﻋْﻄِﻲَ ﻟِﺄَﺣَﺪٍ ﻟَﺄُﻋْﻄِﻲَ ﻳَﻌْﻘُﻮْﺏُ ﺍﻟﻨﺒﻲّ ﺃَﻻَ ﺗَﺮَﻯ ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﻓِﻲْ ﻣَﻘَﺎﻡِ ﺍﻟْﺎﺳﺘِﺮْﺟَﺎﻉِ : ﻳَﺎ ﺃَﺳَﻔَﻰ ﻋَﻠَﻰ ﻳُﻮْﺳُﻒَ
“Kalimat istirjâ’ tidak diberikan bagi umat-umat lain kecuali untuk umat ini (umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam). Jika seseorang diberi (sebelumnya, red) tentu akan diberikan kepada Nabi Ya’qub Alaihissalam. Tidakkah Anda perhatikan beliau mengucapkan sebagai ganti kalimat istirjâ’ aduhai, betapa sedihnya kehilangan Yusuf'”
[Diriwayatkan Imam ath-Thabari rahimahullah dalam Tafsirnya (13/39)].
Dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan kalimat istirjâ’. Beliau bersabda:
ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﺗُﺼِﻴﺒُﻪُ ﻣُﺼِﻴﺒَﺔٌ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﻣَﺎ ﺃَﻣَﺮَﻩُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻧَّﺎ ﻟِﻠَّﻪِ ﻭَﺇِﻧَّﺎ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺭَﺍﺟِﻌُﻮﻥَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃْﺟُﺮْﻧِﻲ ﻓِﻲ ﻣُﺼِﻴﺒَﺘِﻲ ﻭَﺃَﺧْﻠِﻒْ ﻟِﻲ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﺧْﻠَﻒَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻪُ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ
“Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, maka ia ucapkan ‘innâ lillâh wa innâ ilaihi raji’ûn’, (dan berdoa) ya Allah beri aku pahala atas musibah yang menimpaku, gantilah untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya, melainkan Allah akan memberinya pahala untuknya atas musibah itu dan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik dari yang ia alami.”
[HR. Muslim 2/632 no (918]
3. Adapun melakukan sesuatu yang dilarang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari peringatan musibah setelah berlalu dalam masa yang cukup lama, perbuatan ini dosanya akan lebih besar lagi.
Apalagi, jika disertai dengan memukul-mukul muka, merobek-robek baju, berteriak-teriak yang merupakan kebiasaan bangsa Jahiliyyah, melaknat dan mencaci orang-orang Mukmin (para Sahabat Nabi Radhiyallahu ‘anhum), serta membantu orang-orang zindiq untuk merusak Islam.
[Lihat Majâlisul Abrâr majlis no 37]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan hukum menyiksa diri atas peristiwa musibah yang menimpa seseorang dalam hadits berikut ini:
ﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻨَّﺎ ﻣَﻦْ ﺿَﺮَﺏَ ﺍﻟْﺨُﺪُﻭﺩَ ﻭَﺷَﻖَّ ﺍﻟْﺠُﻴُﻮﺏَ ﻭَﺩَﻋَﺎ ﺑِﺪَﻋْﻮَﻯ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ
“Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti orang-orang jahiliyah”
[HR. al-Bukhari dan Muslim]
Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺃَﺭْﺑَﻊٌ ﻓِﻲ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ ﻟَﺎ ﻳَﺘْﺮُﻛُﻮﻧَﻬُﻦَّ : ﺍﻟْﻔَﺨْﺮُ ﺑِﺎﻟْﺄَﺣْﺴَﺎﺏِ ﻭَﺍﻟﻄَّﻌْﻦُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﻧْﺴَﺎﺏِ ﻭَﺍﻟِﺎﺳْﺘِﺴْﻘَﺎﺀُ ﺑِﺎﻟﻨُّﺠُﻮﻡِ ﻭَﺍﻟﻨِّﻴَﺎﺣَﺔُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ . ﻭَﻗَﺎﻝَ : ﺍﻟﻨَّﺎﺋِﺤَﺔُ ﺇﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﺗَﺘُﺐْ ﻗَﺒْﻞَ ﻣَﻮْﺗِﻬَﺎ ﺗُﻘَﺎﻡُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻭَﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺳِﺮْﺑَﺎﻝٌ ﻣِﻦْ ﻗَﻄْﺮَﺍﻥٍ ﻭَﺩِﺭْﻉٌ ﻣِﻦْ ﺟَﺮَﺏٍ
“Ada empat perkara yang termasuk perkara jahiliyah terdapat di tengah umatku; berbangga dengan kesukuan, mencela keturunan (orang lain), meminta hujan dengan bintang-bintang dan meratapi mayat”
Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menambahkan:
“Wanita yang meratapi mayat apabila tidak bertaubat sebelum meninggal, ia akan dibangkit pada hari kiamat dengan memakai mantel dari tembaga panas dan jaket dari penyakit kusta”
[HR. Muslim]
Abu Musa al-Asy ‘ari Radhiyallahu ‘anhu berkata:
ﺃَﻧَﺎ ﺑَﺮِﻱﺀٌ ﻣِﻤَّﺎ ﺑَﺮِﺉَ ﻣِﻨْﻪُ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺇﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑَﺮِﻱﺀٌ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺤَﺎﻟِﻘَﺔِ , ﻭَﺍﻟﺼَّﺎﻟِﻘَﺔِ , ﻭَﺍﻟﺸَّﺎﻗَّﺔِ
“Aku berlepas diri orang-orang yang Rasulullah berlepas diri dari mereka. Sesungguhnya Rasulullah berlepas diri dari wanita yang mencukur rambutnya, wanita yang berteriak-teriak dan wanita yang merobek-robek baju (saat ditimpa musibah)”
[HR. al-Bukhâri dan Muslim]
4. Pelanggaran lain dalam bentuk mencela para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Banyak sekali ayat maupun hadits yang menerangkan keutaman Sahabat. Dan sebaliknya juga terdapat nash-nash yang mengharamkan melaknat dan mencaci para Sahabat. Secara khusus, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang dengan tegas umatnya mencela para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum:
ﻟَﺎ ﺗَﺴُﺒُّﻮﺍ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻲ ﻓَﻠَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢْ ﺃَﻧْﻔَﻖَ ﻣِﺜْﻞَ ﺃُﺣُﺪٍ ﺫَﻫَﺒًﺎ ﻣَﺎ ﺑَﻠَﻎَ ﻣُﺪَّ ﺃَﺣَﺪِﻫِﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﻧَﺼِﻴﻔَﻪُ
“Jangan kalian mencela para sahabatku. Seandainya salah seorang kalian mengimfaqkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan sampai (nilainya) segegam (pahalanya) salah seorang mereka dan tidak pula separohnya”
[HR. al-Bukhari dan Muslim]
Maka, berdasarkan hadits ini, seorang mukmin wajib memuliakan mereka dan menyebut mereka dengan kebaikan serta menahan lisan dari mencela mereka.
Peristiwa terbunuhnya ‘Utsmân dan Husain Radhiyallahu ‘anhuma menyebabkan terjadinya fitnah yang besar dan tersebarnya kedustaan yang banyak. Akibatnya, muncul berbagai bentuk kesesatan dan bid’ah-bid’ah, menjerumuskan sebagian generasi umat ini sejak dulu sampai sekarang. Beragam kedustaan dan kesesatan serta bid’ah-bid’ah semakin hari semakin bertambah dan berkembang. Dan telah menimbulkan berbagai akibat-akibat yang tidak mungkin kita urai dalam bahasan singkat ini.
[Lihat Majâlisul Abrâr majlis no 37]
Imam al-Ghazâli rahimahullah dan ulama lainnya berkata :
“Diharamkan para penceramah untuk meriwayatkan kisah terbunuhnya Husain Radhiyallahu ‘anhuma, juga tentang hal-hal yang terjadi antara sesama para Sahabat dalam perselisihan dan pertikaian mereka. Karena, hal itu dapat memotivasi orang untuk membenci para Sahabat Radhiyallahu anhum dan mencela mereka. Mereka adalah teladan umat, dimana para ulama mendapatkan ilmu melalui mereka. Kemudian ilmu tersebut sampai kepada kita melalui para ulama yang mengambil ilmu dari mereka. Maka, orang yang mencela mereka adalah orang yang mencela diri dan agamanya”.
Ibnu Shalâh rahimahullah dan Imam Nawawi rahimahullah berkata:
“Para Sahabat seluruhnya adalah adil (terpercaya). Saat wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, jumlah Sahabat mencapai seratus empat belas ribu (114.000) orang. Al-Qurân dan Hadits telah menyatakan akan keadilan (ketakwaan) dan kemuliaan mereka. Dan segala sesuatu yang terjadi di antara mereka, terdapat pertimbangan-pe
rtimbangan (yang membuat mereka tidak dihukumi telah berbuat kesalahan murni, red) yang tidak mungkin kita sebutkan satu-persatu dalam tulisan singkat ini.
[Lihat “Ash shawa’iq Al Muhriqoh” karangan Al Haitamy: 2/640]
Imam asy-Syafi’i rahimahullah :
“Itu adalah peristiwa pertumpahan darah yang Allah menghindarkan tangan-tangan kita darinya. Maka hendaklah kita mensucikan lidah kita dari membicarakannya”.
Semoga Allah Azza wa Jalla melindungi kita dari berbagai bentuk kesesatan dan kebatilan, baik yang nyata maupun yang tersembunyi.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
©almanhaj// ﻣﺠﺎﻧﺎ/Free/

Keyakinan Syiah Terhadap Al-Qur'an

Mayoritas umat Islam di dunia termasuk di Indonesia adalah ahlu sunnah wal jama'ah atau yang lebih dikenal  dengan istilah sunni, yang mengamalkan Islan berdasarkan al-Quran dan Sunnah. Al-Quran yang digunakan pun sama yaitu mushaf Utsmani.

Akan tetapi, berbeda dengan Syiah. Mereka memiliki keyakinan sendiri tentang Al-Quran yang ada ditangan umat Islam saat ini. Mereka menuduh telah terjadi perubahan, baik pengurangan maupun penambahan terhadap teks Al-Quran yang ada sekarang. Meskipun para ulama syiah ber-taqiyyah bahwa al-Qur'annya sama dengan sunni. Tapi faktanya dikitab-kitab rujukan utama mereka membuktikan bahwa al-Quran yang dimaksud memang berbeda dengan sunni.

Kitab Al-Kaafy dikatakan:
Dari Jabir, ia berkata, "Saya pernah mendengar Abu Ja'far berkata, tidak ada seorangpun mampu menghinpun Al-Quran seluruhnya selengkap ketika diturunkan Allah, kecuali dia pendusta. Tidak ada seorangpun yang mampu menghimpun dan menghafalnya selengkap ketika diturunkan Allah, kecuali Ali bin Thalib dan para Imam sesudah beliau." (Ushul Al-Kaafy, Jilid 1 Hal. 284)
Keterangan di atas jelad memposisikan bahwa tidak ada seorangpun yang hafal Al-Quran dan menghimpun Al-Quran secara  lengkap selain Ali Bin Abi Thalib dan imam-imam mereka.

Disamping kitab Al-Kaafy orang syiah juga berpedoman kepada kitab berjudul, Fashlul khitab fi ishbati Tahrif Kitabi Rabbil Arbab, karangan salah seorang ulama syiah asal Najaf , Mirza Husein bin Muhammad Taqy an-Nuri Ath- Thabrasi. Di dalam kitab tersebut di katakan bahwa telah terjadi pengurangan terhadap Al- Quran mushaf Al- Utsmany yaitu surah Al-wilayah. Menurut syiah isi surah tersebut menerangkan posisi Ali binAbi Thalib sebagai khalifah yang Sah setelah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam wafat.

Ust. Romly Qomaruddin: Pelaksanaan Haji Karbala Syiah Bukan Sekedar Kecemburuan Dan Puncak Kekesalan Iran Terhadap Saudi

H.T.Romly Qomaruddien,MA. ( Ketua Ghazwul Fikri dan Harakah Haddamah Majelis Fatwa dan Pusat Kajian Dewan Da'wah Pusat)
HAJI KARBALA: Pelaksanaan "haji karbala", bukan sekedar kecemburuan dan puncak kekesalan Iran terhadap Saudi akhir-akhir ini, melainkan setting agenda yang sudah sekian lama dikobarkan.
Keinginan merebut haramain sebagai dua kota suci Islam sudah sekian lama pula diidam-idamkankannya sejak zaman Hamdan Qaramith (sekte kebathinan ekstrim Qaramithah yang meyakini Imam 'Ali sebagai cerminan Tuhan) hingga zaman Khomenei yang disebut-sebut sebagai Ayatullah Ruuhullah (ayat dan ruh Alloh).
Berbagai sikap pun ditunjukkannya kepada dunia; mulai dari gagasan "Internasionalisasi Haramain" Imam Khomenei, huru hara "demontrasi Makkah" atas nama anti Amerika, revolusi Qathif, demontrasi Damam, sampai penolakan penandatanganan "nota kesepakatan" keamanan pelaksanaan ibadah haji yang merugikan kaum ahlus sunnah Iran sendiri. Serta ulah-ulah lainnya yang lebih menggambarkan semangat kebencian yang mmposisikan Saudi seolah-olah Dinasti Umayyah yang wajib diperangi.
Benar apa yang dikhawatirkan para analis dan sejarawan selama ini; Walid al-A'zhami yang mnyebut Revolusi Khomeneiyyah mrupakan warisan kebencian turun temurun dan penyebaran pemikiran destruktif (Lihat Al-Khomeneiyyah Warietsatul Harakaat al-Haaqidah wal Afkaar al-Faasidah: 1988), Dr. Abdul Mun'im an-Nimr yang mengingatkan terjadinya persekongkolan merebut ka'bah telah dmulai sejak masa lalu (Lihat Al-Mu'ammaraat 'alal Ka'bah minal Qaraamithah ilal Khomeneiyyah: 1988) dan Dr. Raghib Sirjani, juga Dr. Adam bin 'Abdillah al-Hilaly yang memaparkan bgmna cita-cita besar tegaknya kembali Daulah Syi'ah atau Kembalinya Imperium Persia Raya yang tengah mereka perjuangkan hingga memuncaknya keyakinan ideologis mereka dengan dalil-dalih yang dibuatnya "Fa inna Karbala afdhalu minal Ka'bah". Sesungguhnya Karbala lebih utama ketimbang Ka'bah. (Lihat Nashaaih Ghaaliyah: 1988 dan As-Syi'ah Nidhaal am Dhalaal: 2014). Mari jangan lupakan sejarah ...
Wallaahul musta'aan

Imam Mahdi Versi Syiah Adalah Dajjal?

Sesungguhnya Imam Mahdi Syi'ah adalah Imam yang sangat ganas dan haus darah ahlus sunnah. Berikut ini ciri-ciri imam Mahdi versi Syi'ah sebagaimana termaktub dalam kitab-kitab mereka :



Pertama : Imam Mahdi diutus sebagai pembawa kesengsaraan.
Abdurrahim Al-Qoshiir berkata : Abu Ja'far 'alaihis salam berkata kepadaku : "Adapun jika telah datang al-Qooim (Al-Mahdi) maka Al-Humairoo' (Aisyah radhiallahu 'anhaa-pen) akan dikembalikan (dihidupkan kembali) agar dicambuk dengan hukum had oleh Al-Mahdi, sebagai bentuk balas dendam demi putri Muhammad Fathimah 'alaihas salaam"

Aku berkata : Kenapa Al-Mahdi mencambuknya dengan hukum had?". Abu Ja'far berkata : "Karena ia telah berdusta tentang Ibu Ibrahim shallallahu 'alaihi". Aku berkata : "Kenapa Allah mengakhirkan hukumannya untuk Al-Qoim (al-Mahdi)?". Abu Ja'far berkata : "Sesungguhnya Allah tabaaroka wa ta'aala mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sebagai rahmat, dan Allah mengutus al-Qooim (Al-Mahdi) sebagai kesengsaraan/penderitaan" (Bihaarul Anwaar 52/114-115)

Adapun Imam Mahdi Ahlus Sunnah diutus membawa rahmat dan kasih sayang sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diutus sebagai rahmat untuk alam semesta.



Kedua : Imam Mahdi diutus untuk menegakkan hukum had bagi Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu 'anhaa, sebagaimana jelas dalam riwayat di atas. Dan ini sungguh merupakan kekonyolan kaum Syi'ah, jika memang Aisyah telah melakukan kesalahan,

-         Lantas kenapa hukuman hadnya ditunda??. Jika alasannya tidak mungkin ditegakan di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, karena Nabi diutus membawa rahmat, maka lantas kenapa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menegakan hukum had kepada yang lainnya??. Bahkan Nabi berkata :

إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الشَّرِيْفُ تَرَكُوْهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الضَّعِيْفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

"Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah jika ada orang yang terpandang (bernasab mulia) mencuri diantara mereka maka mereka biarkan, dan jika ada orang lemah yang mencuri maka mereka tegakkan hukum had kepadanya. Demi Allah jika seandainya Fathimah putri Muhammad mencuri maka aku akan potong tangannya" (HR Al-Bukhari no 3475 dan Muslim no 1688)

-         Jika tidak memungkinkan ditegakan hukum had untuk Aisyah di zaman Nabi, lantas kenapa Ali tatkala menjadi Khalifah tidak menegakkan hukum had tersebut??!!. Bukankah Ali adalah imam pertama menurut syiah??



Ketiga : Imam Mahdi mengeluarkan jasad Abu Bakar dan Umar dari kuburan mereka berdua lalu menyalib keduanya.
Ni'matullahi al-Jazaairi membawakan dialog yang panjang antara al-Mufadhol dan As-Shoodiq hingga pada :

Al-Mufaddhol berkata, "Wahai tuanku, ke manakah al-Mahdi akan berjalan?", Ia (as-Shodiq) berkata, "Ia pergi ke kota kakekku Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka jika ia telah sampai ke Madinah maka ia memiliki kedudukan yang menakjubkan. Nampaklah kegembiran kaum mukminin dan kehinaan orang-orang kafir". Al-Mufaddhol berkata, "Tuanku, apakah itu?". Ia (as-Shodiq) berkata, "al-Mahdi pergi ke kuburan kakeknya dan berkata, "Wahai manusia, ini adalah kuburan kakekku?", mereka berkata, "Benar, wahai Mahdi Alu Muhammad". Ia berkata, "Siapakah yang bersamanya di kuburan?", mereka mengatakan, "Kedua sahabatnya Abu Bakar dan Umar". Maka Mahdi berkata –padahal ia lebih tahu-, "Siapa Abu Bakar dan Umar?, bagaimana kok di antara manusia mereka berdua bisa dikuburkan bersama kakekku Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam?, jangan-jangan yang dikuburkan bukanlah mereka berdua?". Orang-orang berkata, "Wahai Mahdi ali Muhammad, yang ada di sini mereka berdua, bukan yang lain, dan mereka berdua dikuburkan bersama Nabi karena mereka berdua adalah khalifah Rasulullah, dan mereka berdua adalah ayah mertua dari dua istri Rasulullah". Mahdi berkata, "Apakah salah seorang dari kalian mengenal mereka berdua?". Orang-orang berkata, "Iya, kami mengenal sifat-sifat mereka berdua". Mahdi berkata, "Apakah salah seorang dari kalian ragu tentang dikuburkannya mereka berdua di sini?', orang-orang berkata, "Tidak". Lalu setelah tiga hari al-Mahdi memerintahkan untuk menggali kuburan mereka berdua dan mengeluarkan keduanya. Maka keduanya (Abu Bakar dan Umar) pun dikeluarkan masih segar sebagaimana bentuk mereka berdua di dunia, lalu Mahdi membuka kafan keduanya, lalu memerintahkan untuk mengangkat keduanya di atas pohon yang kering, lalu keduanya disalib di atas pohon tersebut, maka pohon tersebut bergerak dan mengeluarkan dedaunan serta meninggi dan memanjang cabang-cabangnya. Maka orang-orang yang ragupun –dari kalangan yang berwalaa' kepada mereka berdua- berkata, "Demi Allah sungguh ini benar-benar merupakan kemuliaan, sungguh kami telah beruntung mencintai mereka berdua dan berwala' kepada mereka berdua". Maka tersebarlah kabar mereka berdua, maka setiap orang yang memiliki rasa cinta kepada mereka berdua –meskipun hanya sebesar biji sawi- maka datang ke kota Madinah, lalu merekapun terfitnah dengan keduanya (Abu Bakar dan Umar). Lalu seorang penyeru Mahdi berseru, "Kedua orang ini adalah telah bersahabat dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka barangsiapa yang mencintai mereka berdua maka hendaknya berkumpul di suatu tempat, dan barang siapa yang membenci mereka berdua agar berkumpul juga di suatu tempat". Maka manusiapun terbagi menjadi dua golongan, antara yang berwala dan yang membenci. Maka Mahdipun menunjukkan kepada para pecinta keduanya bahwa ia berbaroah (berlepas diri) dari mereka berdua. Maka mereka berkata, "Wahai Mahdi, kami tidak pernah berlepas diri dari mereka berdua, dan kami tidak pernah mengetahui bahwasanya ternyata mereka berdua memiliki kemuliaan seperti ini, maka bagaimana bisa kami berlepas diri dari mereka berdua, padahal kami telah melihat apa yang telah kami saksikan dari mereka berdua sekarang ini berupa cahaya mereka berdua, segarnya mereka berdua, serta hidupnya pohon yang kering dikarenakan mereka berdua?, bahkan demi Allah justru kami berlepas diri dari engkau dan dari orang-orang yang beriman kepadamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada mereka berdua dan dari orang-orang yang menyalib mereka berdua dan mengeluarkan mereka berdua dan melakukan apa yang telah dilakukan kepada keduanya".

Maka Mahdipun memerintahkan angin yang menjadikan mereka seperti batang-batang korma yang tumbang, lalu Mahdi memerintahkan untuk menurunkan mereka berdua lalu menghidupkan mereka berdua dengan izin Allah, lalu memerintahkan manusia untuk berkumpul lalu mahdi menegakan qisos kepada mereka…"  (al-Anwaar an-Nu'maniyah 2/52)

Al-Majlisi meriwayatkan :
"Dari Muhamad bin Sinan berkata, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 'alaihis salam berkata kepada Umar : "Wahai orang yang terpedaya, sesunguhnya aku tidak melihatmu kecuali akan terbunuh di dunia oleh seorang budaknya Umu Mu'amar, engkau telah memberi hukuman kepadanya secara dzolim dan ia akan membunuhmu dengan taufiq (*dari Allah), maka iapun akan masuk surga karena membunuhmu meskipun engkau tidak suka. Dan sesunguhnya bagimu dan bagi sahabatmu yang engkau menggantikan kedudukanya (*yaitu Abu Bakar) sebuah salib dan pencabik-cabikan, engkau berdua akan dikeluarkan dari sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi, maka kalian berdua akan disalib di atas batang kurma yang kering maka keluarlah daun dari batang kering tersebut, hal ini menjadikan orang-orang yang berwala kepadamu terfitnah".

Umar berkata, "Dan siapakah yang akan melakukan hal ini wahai Abul Hasan?"

Ali berkata, "Sebuah kaum yang telah memisahkan antara pedang-pedang dan sarung-sarungnya, maka akan didatangkan api yang telah dinyalakan untuk Ibrahim 'alaihis salaam, dan akan datang Jarjis, Daniel, dan seluruh Nabi dan shidiiq, lalu darang angin yang akan menerbangkan/menghancurkan kalian di lautan" (Bihaarul Anwaar 30/276-277)



Keempat : Al-Mahdi (versi Syi'ah) akan membunuh bangsa Arab.
Abu Abdillah 'alaihis salaam berkata : "Jauhilah Arab, karena sesungguhnya mereka memiliki khabar yang buruk. Sesungguhnya tidak seorangpun dari Arab yang keluar bersama Al-Qooim (Al-Mahdi)" (Bihaarul Anwaar 52/333)

Entah kenapa Imam-Imam Syi'ah begitu benci kepada orang Arab, hingga imam Abu Abdillah Ja'far As-Shoodiq mewashiatkan untuk menjauhi orang Arab??. Apakah karena syi'ah adalah agamanya orang Persia yang hasad kepada kaum muslimin yang asal agama mereka dari Arab??!!. Sampai-sampai orang-orang Arab di akhir zaman kafir seluruhnya, karena tidak seorangpun dari mereka yang mengikuti Imam Mahdinya Syi'ah !!
Abu Abdillah 'alaihis salaam berkata : "Dan sesungguhnya Al-Qooim (Al-Mahdi) berjalan di bangsa Arab dengan apa yang ada pada al-Jafr merah". Aku berkata : "Apa itu jafr merah?". Abu Abdillah lalu melewatkan telunjuknya ke lehernya lalu berkata : "Demikian" yaitu penyembelihan" (Bihaarul Anwaar 52/313)

Dalam riwayat yang lain Abu Abdillah berkata :
"Tidak ada yang tersisa antara kami dengan bangsa Arab kecuali penyembelihan" –dan ia memberi isyarat dengan tangannya ke lehernya- (Bihaarul Anwaar 52/249)

Betapa sadisnya Imam Mahdi Syi'ah yang akan menyembelih bangsa Arab ??!!



Kelima : Al-Mahdi akan menghancurkan seluruh masjid yang mulia, termasuk masjidil haram dan masjid nabawi

Abu Ja'far 'alaihis salaam berkata :
"Jika telah muncul al-Qooim (Al-Mahdi) maka ia akan berjalan menuju Kufah lalu ia menghancurkan di sana 4 mesjid, dan tidak ada satu mesjidpun di atas muka bumi yang memiliki kemuliaan kecuali ia hancurkan…" (Bihaarul Anwaar 52/339)
Abu Abdillah 'alaihis salaam berkata : "Al-Qooim (Al-Mahdi) menghancurkan al-Masjid al-Harom hingga ia mengembalikannya rata hingga dasarnya, dan menghancurkan masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga dasarnya, dan ia mengembalikan ka'bah pada tempatnya dan menegakannya di atas pondasinya, dan ia memotong tangan-tangan Bani Syaibah para pencuri, lalu ia menggantungkan tangan-tangan mereka tersebut di Ka'bah" (Bihaarul Anwaar 52/333)



Keenam : Mahdi nya Syi'ah akan berhukum dengan Alu Dawud

Al-Kulaini dalam kitabnya Ushuul Al-Kaafi membuat sebuah bab :
"Bab : Para imam jika muncul perkara mereka maka mereka akan berhukum dengan hukum nabi Dawud dan keluarga Dawud…" (Ushuul Al-Kaafi 1/462)

Lalu setelah itu al-Kulaini membawakan beberapa riwayat yang menunjukkan akan hal ini. Diantaranya :

Abu Abdillah berkata :
"Wahai Abu 'Ubaidah, jika muncul al-Qooim (al-Mahdi) dari keluarga Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam maka ia akan berhukum dengan hukum Dawud dan Sulaiman…" (Ushuul Al-Kaafi 1/462)

Abu Abdillah juga berkata
"Tidaklah akan sirna dunia ini hingga keluar seorang lelaki dariku, yang berhukum dengan hukum Alu Dawud, dan tidak bertanya bayyinah, ia memberikan setiap jiwa haknya" (Ushuul Al-Kaafi 1/463, dan juga disebutkan oleh Al-Majlisi di Bihaarul Anwaar 52/320)



Ketujuh : Mahdi Syi'ah membangkitkan pengikutnya dari Bani Israil

Al-Majlisi menyebutkan riwayat :
Abu Abdillah 'alaihis salam berkata : "Jika muncul Al-Qooim dari keluarga Muhammad maka ia akan mengeluarkan dari atas Ka'bah 27 orang, 25 lelaki dari kaum nabi Musa yang mereka telah berhukum dengan kebenaran dan keadilah, 7 orang dari yang masuk di goa (ashabul kahfi), dan Yuysya' (bin Nuun) yang diberikan washiat oleh Musa, seorang lelaki mukmin dari keluarga Fir'aun, Salman Al-Faarisi, Abu Dujaanah Al-Anshoori dan Malik Al-Asytar" (Bihaarul Anwaar 52/346)

Imam Mahdinya Syi'ah Ketakutan, Sehingga Sembunyi Semenjak 1200 Tahun Lalu Padahal Sang Imam Sangat Sakti?

Merupakan perkara yang sangat konyol dalam aqidah syi'ah adalah keyakinan mereka bahwa imam mereka yang terakhir (imam yang ke dua belas, dan dialah al-imam al-Mahdi yang dinanti-nanti kaum syi'ah kemunculannya), telah menghilang bersembunyi di Sirdab sejak sekitar 1200 tahun yang lalu (yaitu tatkala sang imam masih kecil (belum baligh/dewasa)), hingga saat ini belum muncul-muncul juga. Sungguh tidak ada khurofat yang lebih banyol dan lucu dari khurofat syi'ah ini. Akan tetapi kaum syi'ah tetap ngeyel mempercayai ini, karena bagi mereka mempercayai akan "hilangnya" imam terakhir mereka ini merupakan dasar iman yang kokoh. Mereka meyakini bahwa ini semua adalah ujian dari Allah, sebagaimana termaktub dalam kitab Ushuul Al-Kaafi
Dari Zuroroh berkata :Aku mendengar Abu Abdillah (Ja'far As-Shadiq) 'alaihis salaam berkata : "Sesungguhnya sang gulam (imam mahdi-pen) akan menghilang sebelum ia muncul". Aku berkata, "Kenapa?", Abu Abdillah berkata : "Dia takut" –sambil memberi isyarat kepada perutnya (yaitu ia takut dibunuh)-. Lalu Abu Abdillah berkata, "Wahai Zuroroh, dan dialah al-Muntadzor (Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu kemunculannya-pen), dan dialah yang diragukan tentang kelahirannya. Diantara mereka ada yang berkata ayahnya telah meninggal tanpa memiliki keturunan, dan diantara mereka ada yang berkata ayahnya meninggal dalam kondisi ia masih janin, dan diantara mereka ada yang berkata ia dilahirkan dua tahun sebelum wafat ayahnya, dan dialah al-muntadzor (yang dinantikan kemunculannya). Hanya saja Allah Azza wa Jalla suka untuk menguji syi'ah, dan tatkala itu ragulah orang-orang yang diatas kebatilan"  (Ushuul Al-Kaafi 1/396)

Inilah rahasianya kenapa kaum syi'ah bersikeras mempercayai dan mengimani khurofat ini, karena ini berkaitan dengan aqidah mereka yang paling mendasar dan paling pokok, yaitu adanya imam ke dua belas, imam terakhir mereka, imam mahdinya mereka, yang akan muncul menghancurkan untuk membantai dan membumi hanguskan ahlus sunnah wal jamaa'ah. Jika  mereka tidak percaya terhadap khurofat ini, maka akan gugurlah agama syi'ah imaamiyah mereka !!!!

         

           Riwayat-riwayat Syi'ah menunjukan bahwa Al-Imam Al-Mahdi mereka menghilang dan tidak berani muncul karena ketakutan. Ia takut dibunuh oleh musuh, sebagaimana jelas ditunjukan riwayat diatas.

Demikian juga ditegaskan dari jalur riwayat yang lain :
 "Dari Zuroroh, ia berkata : Aku mendengar Abu Abdilah berkata ; "Sesungguhnya Al-Mahdi akan menghilang sebelum ia muncul", Aku berkata, "Kenapa?". Ia berkata, "Sesungguhnya ia takut" –lalu ia mengisyaratkan dengan tangannya ke perutnya- yaitu ia takut dibunuh" (Ushuul Al-Kaafi :1/398)



Namun anehnya :
Pertama : Disebutkan dalam riwayat-riwayat bahwasanya ternyata Sang Imam Mahdi sering ikut hajian !!!
 Dari Zuroroh berkata, "Aku mendengar Abu Abdillah (imam Ja'far As-Shodiq) berkata : "Orang-orang kehilangan imam mereka, ia menghadiri/menyaksikan musim (hajian), ia melihat mereka dan mereka tidak melihatnya" (Ushuul al-Kaafi 1/397)

           Riwayat ini menunjukkan bahwa imam mahdi versi syi'ah tidak ketakutan tatkala musim haji. Padahal diantara musuh utama kaum syi'ah adalah ahlus sunnah yang mereka gelari wahabi. Dan ternyata pelaksanaan ritual haji sekarang dipegang oleh kaum wahabi (kerajaan Arab Saudi). Seharusnya sang imam lebih takut lagi, berjalan-jalan di daerah kekuasan kaum wahabi??!!
Akan tetapi ternyata sang imam sangat hebat sehingga tidak perlu takut….ternyata sang imam…


Kedua : Sang Imam melihat orang-orang sementara orang-orang tidak bisa melihatnya.

           Ini sungguh merupakan kehebatan sang imam yang sangat luar biasa. Seakan-akan sang imam adalah jin atau syaitan yang bisa melihat namun tidak bisa dilihat. Allah berfirman tentang sifat Iblis dan para pengikutnya dari kalangan syaitan:

يَا بَنِي آدَمَ لا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ

"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman" (QS Al-A'roof : 27)

Hal ini berarti penghinaan terhadap sang imam mahdi yang memiliki sifat seperti syaitan.


Ketiga : Sang Imam Tidak Dikenal

           Namun bisa jadi maksud dari perkataan "Mereka tidak melihatnya", artinya bukan sang imam tidak kelihatan, ia kelihatan namun tidak ada yang mengenalnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam riwayat yang lain…
 Dari Sudair As-Shoirofi ia berkata : Aku mendengar Imam Abu Abdillah 'alaihis salaam berkata : Sesungguhnya perkara pemilik urusan (yaitu imam mahdi) mirip dengan nabi Yusuf 'alaihis salam". Aku berkata kepadanya : "Seakan-akan engkau mengingat kehidupannya dan menghilangnya imam mahdi?" Maka iapun berkata kepadaku : "Tidak ada yang diingkari dari hal ini. Umat ini seperti babi-babi. Sesungguhnya para saudara Yusuf 'alaihis salam mereka cucu-cucu, anak-anak para nabi, mereka memperdagangkan Yusuf, mereka menjualnya. Mereka berbicara dengan Yusuf, padahal mereka adalah saudara-saudara Yusuf, dan Yusuf adalah saudara mereka, akan tetapi mereka tidak mengenal Yusuf hingga akhirnya Yusuf berkata kepada mereka, "Aku adalah Yusuf dan ini adalah saudaraku"….

Maka kenapa umat ini mengingkari bahwasanya Allah azza wajalla bisa berbuat terhadap hujjahNya (imam mahdi) sebagaimana yang Allah perbuat terhadap Yusuf. Sang al-Hujjah berjalan di pasar-pasar mereka dan menginjak permadani mereka sehingga Allah mengizinkan baginya (untuk muncul dan dikenal-pen) sebagaimana Allah izinkan bagi Yusuf

قَالُوا أَئِنَّكَ لأنْتَ يُوسُفُ قَالَ أَنَا يُوسُفُ

Mereka berkata: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?". Yusuf menjawab: "Akulah Yusuf" (QS Yuusuf : 90)" (Ushuul Al-Kaafi 1/396)

Lantas jika sang imam tidak dikenal maka kenapa dia harus sembunyi di Sirdab???. Apa yang harus dia takutkan??, siapakah yang dia takutkan??. Siapakah yang hendak membunuhnya??. Apakah kaum wahabi yang sedang mencari-carinya untuk dibunuh??. Hingga saat ini belum ada kabar berita kalau kaum wahabi atau ahlus sunnah sedang mencari-cari sang imam mahdi. Oleh karenanya sangat diharapkan kepada kaum syi'ah agar memberitahukan hal ini kepada imam mahdi. Sampaikan kepadanya untuk tidak perlu khawatir, karena kondisi sekarang lagi aman. Apalagi sekarang syi'ah sudah berhasil mendirikan negara Iran, dan juga memiliki pasukan hizbullah…

Imam Mahdi Yang Dinantikan Syiah Adalah Dajjal

Syi'ah memang pada umumnya percaya akan kebangkitan Imam Mahdinya - yang mereka percaya sedang bersembunyi secara ghoib (sejak 329 H) selama sekitar 1.000 tahunan ini - dari gua Sidrab, di Persia/Iran setelah 'sempat' lahir dulu. Dan akar dari Syi'ah sendiri adalah memang 'aqidah dan gerakan politik-miiter Yahudi, Majusi Persia, Filsafat, Mistik, yang dicampur-adukkan ke Islam versi mereka, hingga seluruh imam dan/atau ulama 4 Madzhab sejak seribuan tahun lalu, sudah mengkategorikan Syi'ah itu tersesat, bahkan ada yang kafir.

Salah satunya, mengenai hal IMAM MAHDI: Perbedaan keyakinan akan Imam Mahdi:

Imam Al Mahdi bagi Ahlus Sunnah Al Jama’ah (Sunni atau Muslim) bernama Muhammad bin ‘Abdullah (keterangan dari Hadits Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wasallam - riwayat Sunan Abu Dawud dan At-Tirmidzy, dishahihkan oleh Al Albani dalam Myskat al Mashabih). Beliau dari keturunan Hasan bin Abi Thalib, belum dilahirkan, muncul dari arah Timur, memenuhi Bumi dengan keadilan (Shahih Sunan Abu Dawud 4/82) dan kesejahteraan selama 7 atau 8 tahun, menegakkan syari’at Islam, memakmurkan Bumi (Bumi mengeluarkan tetumbuhan, langit menurunkan hujan, ada harta-benda yang banyak, banyak binatang ternak, umat semakin mulia). Beliau memerangi Yahudi dan Nasrani dan beserta Rosululloh ‘Isa bin Maryam ’alaihis salaam akan membunuh Dajjal.

Sedangkan Imam Al Mahdi Syi’ah adalah Muhammad bin Hasan Al Asykari. Dari keturunan Husain bin Ali bin Abi Tholib, yang telah dilahirkan tahun 255 Hijriyyah dan sampai sekarang masih hidup namun bersembunyi (Kitab ”Al-Ghummah” Jilid II, hal 236, oleh Al-Arbaly dan dikuatkan Syaikh mereka Abdul Hamid Al-Muhajir), muncul dari Sirdab Samira’, akan tinggal di Bumi selama 70 tahun untuk membalas dendam, menegakkan hukum keluarga Dawud (Bani Israil), akan menyeru ke Allah dengan nama Ibraninya (Kitab ”Ushul Al Kafi” Jilid I, hal 398), menghancurkan semua Masjid (Kitab ”Al Gharib” hal 247 oleh Ath-Thusy). Ia berdamai dengan Yahudi dan Nasrani, dan menghalalkan darah muslim (Kitab ”Bihar al-Anwar”Jilid 52 hal 376).

Doktrin Mahdiyah (perihal al-mahdi) dan Raj’ah (kedatangan kembali) dihubungkan dengan status Imam Mastur (bersembuyi) yang dipercaya akan muncul kembali sebagai Mahdi yang membangun kerajaan Allah menjelang hari Kiamat kelak. Ajaran ini bagi sebagian kalangan ditengarai memiliki akar dalam ajaran agama Zarathustra/Zoroaster (Majusi) penyembah Iblis Lucifer-Api, yang dianut bangsa Persia sebelum kedatangan Islam yang datang ke Persia pada masa Kholifah Umar bin Khoththob - rodhiollohu ‘anhu.

Aqidah Syiah : Imam Mengetahui Semua Perkara Ghaib Bahkan Kapan Akan Meninggal



Diantara sikap mengultuskan yang berlebihan kepada para imam adalah pernyataan kaum syi'ah bahwasanya para imammengetahui ilmu ghoib.
Dalam kitab Ushûl Al-Kâfi Al-Kulaini berkata
باب أن الأئمة يعلمون علم ما كان وما يكون وأنه لا يخفى عليهم شيء
"Bab : Bahwasanya para imam mengetahui ilmu yang telah lalu, ilmu yang akan datang, dan bahwasanya tidak ada sesuatupun yang tersembunyi/samar bagi para imam" (Ushûl Al-Kâfi 1/316)
Sungguh ini adalah derajat yang tinggi yang terkhususkan untuk Allah. Allah berfirman ;
إِنَّ اللَّهَ لا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ
Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit. (QS Ali Imron : 5)
رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ
Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang Kami sembunyikan dan apa yang Kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. (QS Ibrahim : 38)
قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا اللَّهُ
Katakanlah: "tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah (QS An-Naml : 65).
Bahkan yang lebih parah, Al-Kulaini berkata :
باب أن الأئمة يعلمون متى يموتون وأنهم لا يموتون إلا باختيار منهم
"Bab : Bahwasanya para imam mengetahui kapan mereka meninggal, dan bahwasanya mereka tidaklah meninggal kecuali dengan pilihan mereka sendiri" (Ushûl Al-Kâfi 1/313)
Pernyataan bahwa para imam mengetahui ilmu ghoib, mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, bahkan mengetahui seluruh apa yang ada di langit dan di bumi…, bahkan mengetahui kapan mereka akan meninggal…bahkan mereka tidak meninggal kecuali dengan pilihan mereka sendiri….
Ini semua melazimkan kelaziman-kelaziman yang sangat buruk. Diantaranya :
Berarti para imam telah meninggaldengan bunuh diri.
Pertama : Al-Hasan bin Ali bin Abi Tholib yang meninggal dalam kondisi diracun, berarti ada dua kemungkinan yang ia hadapi.
-         Kemungkinan pertama : Al-Hasan tidak mengetahui bahwa telah dihidangkan padanya racun, lalu iapun memakannya tanpa ia sadari. Dan ini menunjukkan bahwa beliau telah tertimpa musibah yang berat akan tetapi beliau radhiyallahu 'anhu bersabar dalam menghadapi ujian tersebut, bahkan beliau menutup-nutupi siapa yang telah meracuni beliau. Inilah kepahlawanan dan kesabaran yang luar biasa yang sangat terpuji.
-         Kemungkinan kedua : Al-Hasan telah mengetahui bahwa yang dihidangkan kepadanya adalah racun. Dan ini adalah konsekuensi dari keyakinan orang-orang Syi'ah bahwasanya para imam mengetahui masa depan  bahkan mengetahui semua yang ada di langit dan yang ada di bumi. Lantas jika ia telah mengetahui bahwa yang dihidangkan baginya adalah racun kemudian ia masih nekat mengonsumsinya…, bukankah ini merupakan tindakan konyol ?, bukankah ini berarti ia telah mati bunuh diri!.
Bahkan ia sengaja dan rela mati bunuh diri, karena menurut keyakinan kaum Syi'ah, para imamlah yang memilihi kematian mereka, karena mereka tidak akan meninggal kecuali dengan pilihan mereka.
Kedua : Al-Husain bin Ali bin Abi Tholib radhiallahu 'anhumâ, juga pada hekekatnya telah meninggal dengan bunuh diri.
Karena ada dua kemungkinan pada kondisi beliau sebelum terbunuh syahid di Karbala :
-         Kemungkinan pertama : Ia tidak mengetahui masa depan dan tidak mengetahui ilmu ghoib. Dan inilah yang benar, karena tindakan-tindakan yang beliau lakukan menunjukkan akan hal itu. Seperti (1) Beliau mengirim Muslim bin 'Aqil ke Iroq untuk mengecek dan memastikan kondisi orang-orang yang hendak membaiat beliau. Kalau Al-Husain mengetahui seluruh apa yang terjadi, dan seluruh apa yang ada di langit dan di bumi, serta  mengetahui isi hati manusia, maka tidak perlu ia mengirim utusan untuk mengecek dan memastikan kondisi. (2) Beliau tidak tahu bahwasanya penduduk Iraq akan berkhianat kepada beliau, serta tidak tahu bahwasanya beliau akan terbunuh di Karbala, maka beliau radhiallahu 'anhu tetap berangkat menuju Karbala, sehingga akhirnya beliau meninggal syahid di sana
-         Kemungkinan kedua : Beliautelah mengetahui ilmu ghoib, mengetahui bahwasanya beliau akan dikhianati oleh para pengikutnya. Beliau juga mengetahui bahwasanya Muslim bin 'Aqil yang ia utus akan dikhianati dan akan terbunuh sebelum beliau terbunuh. Beliau juga mengetahui bahwasanya beliau akan terbunuh bahkan akan tercabik-cabik di Karbala, lantas beliau tetap berangkat ke Karbala…? Maka ini menunjukkan bahwa beliau hendak mati bunuh diri. Bahkan menunjukkan beliau hendak membunuh anak-anak beliau dan kerabat beliau, karenanya beliau mengajak mereka seluruhnya ke Karbala !!. Bukankah ini merupakan tindakan konyol??. Apalagi kematian tersebut atas pilihan beliau (menurut keyakinan Syi'ah)?

Aqidah Syiah: Seluruh Imam Mengentahui Semua Ilmu Masa lalu Dan Masa Depan

Telah lalu penegasan Al-Majlisi dalam kitabnya Bihaarul Anwaar :
أقول : أما كونهم عالمين باللغات فالاخبار فيه قريبة من حد التواتر وبانضمام الاخبار العامة لايبقى فيه مجال شك ، وأما علمهم بالصناعات فعمومات الاخبار المستفيضة دالة عليه ، حيث ورد فيها أن الحجة لا يكون جاهلا في شئ يقول : لا أدري ، مع ماورد أن عندهم علم ما كان وما يكون وأن علوم جميع الانبياء وصل إليهم ، مع أن أكثر الصناعات منسوبة إلى الانبياء عليهم السلام ، وقد فسر تعليم الاسماء لادم عليه السلام بما يشمل جميع الصناعات .
"Adapun kondisi para imam yang mengetahui bahasa-bahasa maka riwayat-riwayat tentang hal itu hampir mendekati mutawatir, ditambah dengan riwayat-riwayat umum yang tidak menyisakan lagi keraguan akan hal ini. Adapun ilmu mereka tentang keahlian-keahlian (keduniaan), maka keumuman riwayat yang banyak menunjukkan akan hal itu, karena telah datang dalam riwayat bahwasanya al-hujjah (imam) tidak boleh bodoh dalam sesuatu apapun yang ia berkata : "Aku tidak tahu", disertai bahwasanya para imam mengetahui ilmu yang lalu, ilmu masa depan, dan bahwasanya ilmu seluruh para nabi telah sampai kepada para imam. Padahal mayoritas keahlian-keahlian dinisbahkan kepada para nabi 'alaihim as-salaam, dan telah ditafsirkan pengajaran nama-nama kepada Adam 'alaihis salaam mencakup seluruh keahilian-keahlian" (Bihaarul Anwaar 26/193)
Al-Majlisi telah menyebutkan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa para imam syi'ah mengetahui seluruh keahlian dunia. Diantara dalil-dalil tersebut :

Pertama : Para imam syi'ah jika ditanya tidak boleh mengatakan "Saya tidak tahu" !!!

Kedua : Seluruh ilmu para Nabi sebelumnya terkumpulkan kepada para imam. Dan sebagaimana diketahui bahwasanya sebagian nabi memiliki keahlian-kahlian, seperti keahlian sebagai tukang kayu, keahlian dalam membuat senjata, dll. Sehingga seluruh keahlian para nabi sebelumnya telah dikuasai oleh para imam Syi'ah.

Ketiga : Diantara para nabi yang dikuasai ilmunya adalah Nabi Adam 'alaihis salaam. Padahal Allah telah berfirman tentang nabi Adam ;

وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS Al-Baqoroh : 31)

Menurut al-Majlisi "nama-nama" yang diajarkan kepada Adam 'alaihis salaam mencakup seluruh keahlian?!!

Keempat : Para imam mengetahui seluruh ilmu masa lalu dan seluruh ilmu masa depan. Hal ini melazimkan seluruh keahlian yang dimiliki oleh manusia di masa lalu juga dikuasai oleh para imam. Demikian pula seluruh ilmu keahlian yang dikuasai di masa depan juga diketahui oleh para imam Syi'ah.

Hal ini melazimkan bahwa para imam mengetahui seluruh keahlian masyarakat di masa depan, bahkan yang belum muncul di abad dua puluh satu ini. Keahlian-keahlian yang akan muncul pada tahun 2020 pun telah diketahui oleh sang imam. Tentunya para imam sangat mudah untuk menjadi tukang bengkel atau servis jam, atau jadi petani, atau bahkan jadi pilot dan supir kereta ??!!

Bahkan disebutkan dalam riwayat-riwayat bahwasanya imam mahdi syi'ah (imam kedua belas yang sedang bersembunyai di Sirdab) terkadang keluar di tengah-tengah masyarakat dan masyarakat tidak mengenalnya, sebagaimana saudara-saudara Nabi Yusuf 'alaihis salam tidak mengenal Nabi Yusuf !!!.

Maka mungkin saja imam Mahdi Syi'ah terkadang keluar menyamar sebagai pilot, sebagai kapten kapal, sebagai masinis kereta api, atau terkadang menjadi prajurit, atau komandan, atau bahkan jenderal !!!, namun orang-orang tidak menyadarinya !!!.

Lantas jika para imam mengetahui keahlian seluruh masyarakat masa depan :

-         Kenapa para imam tidak menciptakan senjata yang canggih untuk melawan para musuh??

-         Kenapa imam mahdi (imam ke dua belas) harus takut keluar dari Sirdab, sementara dia bisa membuat senjata tercanggih yang sangat menghancurkan yang belum diciptakan di zaman ini ???

-         Atau paling tidak kenapa para imam tidak mengajarkan teori perkebunan yang tercanggih di zaman mereka ??


           Keyakinan bahwa para imam syi'ah mengetahui seluruh keahlian masyarakat di masa lalu dan dimasa mendatang, menunjukkan bahwa para imam Syi'ah lebih hebat daripada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Karena tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa Nabi ahli dalam segala hal pekerjaan. Bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah salah dalam memberikan arahan kepada seorang sahabat yang berkebun korma, sehingga akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya :

أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأُمُوْرِ دُنْيَاكُمْ

"Kalian lebih berilmu tentang perkara dunia kalian"

عن أنس أن النبي صلى الله عليه وسلم مر بقوم يلقحون فقال لو لم تفعلوا لصلح قال فخرج شيصا فمر بهم فقال ما لنخلكم قالوا قلت كذا وكذا قال أنتم أعلم بأمر دنياكم

Dari Anas radhiallahu 'anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melewati sebuah kaum yang sedang mengawinkan kurma jantan dengan kurma betina. Maka Nabi berkata, "Kalau seandainya kalian tidak melakukannya maka akan baik".  Maka keluarlah korma yang buruk, lalu Nabi melewati mereka maka beliau berkata, "Apa yang terjadi dengan korma kalian?" Mereka berkata, "Engkau berkata demikian dan demikian…". Nabi berkata : "Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian" (HR Muslim no 2363)

Jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak lebih tahu tentang perkawinan dalam perkebunan kurma apalagi keahlian tekhnologi canggih…

Aqidah Syiah : Keledai Meriwayatkan Hadits

Tidak diragukan lagi bahwa agama syi'ah adalah agama yang berisi kekonyolan, kontradiktif, khurofat, dan penuh dengan banyolan. Ini semua menunjukkan bahwa agama syi'ah bukan dari Islam akan tetapi hasil karya orang-orang yang ingin merusak Islam dari dalam.
Berikut ini kami tampilkan banyolan-banyolan kaum syi'ah yang kami kumpulkan dari beberapa tulisan dari internet, disertai tambahan-tambahan dari kami.
Di antara banyolan-banyolan tersebut adalah :
Dalam kitab Al-Kaafi disebutkan :
 Amirul Mukminin (Ali bin Abi Tholib) menyebutkan bahwa hewan yang pertama kali meninggal tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal adalah 'Ufair (himar tunggangan Nabi-pen). Ia memutuskan tali kekangnya lalu iapun lari hingga mendatangi sumur bani Khutmah di Quba', lalu iapun melemparkan dirinya dalam sumur tersebut. Maka sumur tersebut menjadi kuburannya.

Dan diriwayatkan bahwasanya Amiirul-Mukminiin (‘alaihis-salaam) berkata : “Sesungguhnya keledai itu (yaitu keledai tunggangan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Ufair-pen) berkata kepada Rasulullah (shallallaahu ‘alaihi wa aalihi) : “Demi ayah, engkau, dan ibuku, sesungguhnya ayahku telah menceritakan kepadaku, dari ayahnya, dari kakeknya, dari ayahnya : Bahwasannya ia pernah bersama Nuuh di dalam perahu. Maka Nuuh bangkit berdiri dan mengusap pantatnya, kemudian bersabda : ‘Akan muncul dari tulang sulbi keledai ini seekor keledai yang akan ditunggangi oleh pemimpin dan penutup para Nabi’. Dan segala puji bagi Allah yang telah menjadikanku sebagai keledai itu” [selesai]. (Usul Al-Kaafi 1/293, [بَابُ مَا عِنْدَ الْأَئِمَّةِ مِنْ سِلَاحِ رَسُولِ اللَّهِ وَمَتَاعِهِ], hadits ke-9)

Hadits aneh ini juga disebutkan oleh Al-Majlisi dalam kitabnya Bihaar al-Anwaar 17/405 dalam bab (ما ظهر من إعجازه صلى الله عليه وسلم في الحيوانات) "Mukjizat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada hewan-hewan"

Bahkan al-Majlisi menilai hadits ini adalah hadits yang shahih. Beliau berkata :

ولا يَستبعِد من كلام الحمار مَن يؤمن بالقرآن وبكلام الهدهد والنمل وغيرهما

"Orang yang beriman kepada Al-Qur'an, beriman dengan perkataan burung Hudhud dan perkataan semut, serta selain keduanya, tidak akan merasa aneh dengan perkataan himar" (sebagaimana dinukil oleh pentahqiq Ushul Al-Kaafi), Yaitu Al-Majlisi menguatkan keshahihan hadits ini.



Silakan perhatikan dengan seksama……… bahwa seekor keledai telah memerankan diri layaknya seorang perawi hadits dengan menggunakan lafadh : haddatsanii abiy…dst. Tentu saja riwayat ini tidak akan kita temukan di kitab-kitab Ahlus-Sunnah. Ia terdapat dalam kitab Al-Kaafiy – kitab hadits paling valid menurut madzhab Syi’ah -.

Si keledai, bapaknya keledai, sampai kakeknya keledai menjadi rantai periwayatan yang menghubungkan pengkhabaran dari Nabi Nuuh ‘alaihis-salaam sampai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Yang aneh, hadits yang aneh ini dianggap sebagai mukjizat oleh Al-Khuu’iy – salah seorang fuqahaa’ Syi’ah kontemporer – saat menjelaskan hadits ini, ia berkata :

انظروا إلى هذه المعجزة، نوح سلام الله عليه يخبر بمحمد عليه السلام، وبنبوته قبل ولادته بألوف السنين.

“Lihatlah oleh kalian akan mu’jizat ini. Nuuh salaamullaah ‘alaihi mengkhabarkan Muhammad ‘alaihis-salaam dan tentang kenabiannya sebelum kelahirannya beribu-ribu tahun” [lihat Lillaahi Tsumma lit-Taariikh, hal. 15].

Jika manusia – yang notabene makhluk yang dikaruniai akal – harus ditimbang dalam penyampaian riwayat, bagaimana statusnya jika ia seekor keledai ? Dan bagaimana bisa khabar aneh ini mengagumkan Al-Khuu’iy dan menganggapnya sebagai satu mu’jizat ? Dan mungkinkah ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu yang terkenal teliti, kritis, dan berilmu menyampaikan khabar ini ? Nampaknya, ini adalah kebohongan serius yang telah menyisip dalam kitab Al-Kaafiy karangan Al-Kulainiy. (http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/04/ketika-keledai-telah-menjadi-perawi.html)

          Yang menjadi permasalahan bukanlah himar (keledai) yang berbicara, karena bahkan batu pernah memberi salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan ini merupkan mukjizat Nabi, demikian juga hadits-hadits dalam Shahih Al-Bukhari yang menyebutkan bahwa sapi dan serigala bisa berbicara.

Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah :

-         Berapa umur himar/keledai tersebut?. Bukankah antara Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam hingga Nabi Nuuh 'alaihis salam ribuan tahun??. Padahal sanad silsilah keluarga himar tersebut hanya 4 atau lima keledai. Jadi masing-masing keledai tersebut berumur ratusan tahun??!! Padahal umur himar biasanya berkisar antara 30 hingga 35 tahun, dan kalau panjang umur mungkin hingga 50 tahun??!

-         Lalu para himar tersebut bergaya sebagaimana ahlul hadits !!!. Padahal di zaman Nabi belum ada model periwayatan hadits, belum ada istilah haddatsanaa dan juga akhbaronaa…. Istilah-istilah tersebut muncul dan masyhur di zaman periwayatan hadits, yaitu setelah berlalunya generasi para sahabat.

-         Tentunya jika ada periwayatan dari hewan-hewan maka perlu ada buku yang menjelaskan tentang kedudukan para hewan tersebut, apakah sebagai perawi yang tsiqoh, ataukah dho'if, ataukah muttaham bi al-kadzib, dsb.

-         Ternyata himar ini, serta ayahnya, kakeknya, hingga buyutnya yang ada di zaman Nabi Nuuh adalah himar-himar yang cerdas. Mereka bisa membedakan mana ayah dan mana kakeknya !!!. Akan tetapi saking pintarnya sang himar ternyata mati dengan membunuh dirinya, dengan menenggelamkan dirinya di sebuah sumur ??!!. Mestinya himar ini juga –yang ditunggangi oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam- tahu bahwa membunuh diri adalah dosa besar.



Hadits ini memang ditolak oleh sebagian kaum syi'ah, setelah mengetahui kelucuan dan kekonyolan riwayat silsilah himar tersebut. Akan tetapi ternyata hadits ini disebutkan dalam kitab agama syi'ah yang paling valid dan otentik, yaitu kitab Ushuul Al-Kaafi, yang menurut Al-Mahdi bahwa kitab ini isinya seluruhnya adalah shahih. Karenanya kita dapati sebagian ulama syi'ah tetap membela keshahihan riwayat himar tersebut.